Pasca Didemo, Nama Lahadalia Diganti Lestaluhu Sport Center Unpatti

Samloy Nilai Unpatti Cari Muka dan Susupi Kepentingan Politik

banner 468x60

LenteraNusantara.Co.Id, Ambon,- Setelah di demo Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ambon, Nama Menteri Bahlil Lahadalia yang sebelumnya bakal disematkan pada Sport Center Universitas Pattimura, Ambon akhinya dibatalkan dan diganti dengan Lestaluhu Sport Center.

Jurnalis olahraga dan pengamat olahraga Maluku, Rony Z. Samloy, SH mengapresiasi HMI yang telah mewakili rakyat Maluku untuk mengkritisi keputusan para pejabat Unpatti yang seakan ”cari muka” dan telah disusupi kepentingan politik untuk memberikan nama Bahlil Lahadalia pada Sport Center Unpatti. ”Saya memberikan apresiasi bagi adik-adik HMI. Pada prinsipnya Saya menolak pemberian nama Bahlil Lahadalia di gedung Sport Center Unpatti. Pemberian nama Menteri ESDM RI di gedung Sport Centre Unpatti lebih bermuatan politik dan hal itu menunjukkan dunia pendidikan tinggi di Maluku membangun kultur pendidikan pecundang dan penjilat. Sah saja kalau dibilang Unpatti menjual hak kesulungan dan melecehkan orang-orang Maluku yang banyak berjasa bagi bangsa dan negara di berbagai multievent olahraga Nasional dan internasional,” tandasnya kepada LenteraNusantara.Co.Id, Rabu (9/10).

Pertanyaan sederhana, lanjutnya, apa sumbangsih nyata atau kontribusi Bahlil bagi kemajuan olahraga Maluku selama ini. Pendekatan ini bukan soal like and dislike tapi semua hal mesti ditempatkan di porsi yang benar. “Banyak sekali nama pesohor olahraga asal atau berdarah Maluku yang layak disematkan nama mereka di gedung Sport Center Unpatti. Sebut saja Wiem Gommies yang dua kali juara tinju Asian Games di Thailand 1972 dan 1979, Ada Elyas Pical yang juara tinju dunia pertama dari Indonesia, ada Caroline Rieuwpassa, Irene Joseph, Ema Tahapary di cabang atletik, ada Rony Pattinasarany, Bertje Matulapelwa, Rochy Poetiray dll di sepakbola. Nama-nama olahragawan Maluku yang nama mereka lebih rasional dan elok ditaruh di gedung Sport Center Unpatti. Bisa juga mantan-mantan Rektor Unpatti ditaruh disitu,” ungkapnya.

Menurutnya, cara pejabat Unpatti menggunakan nama Bahlil jauh lebih memalukan dari demo yang dilakukan adik-adik HMI Ambon. “Saya salut untuk adik-adik HMI Ambon. Tak ada suara dari OKP-OKP kelompok Cipayung lain. Metode ini nyaris sama dengan kebiasaan pejabat Maluku memberikan gelar adat ke orang luar Maluku. Bukti kontemporer kalau dunia pendidikan di Maluku hanya melahirkan pecundang dan penjilat. Kita sebenarnya butuh petarung ide dan gagasan bukan dengan cara-cara murahan seperti yang dilakukan pejabat Unpatti saat ini. Makanya kita sekarang jauh tertinggal dengan daerah-daerah lain di berbagai bidang karena olahraga disusupi kepentingan politik,” kritik mantan Pengurus KONI Maluku periode 2013-2018. (LN-04)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *