Lenteranusantara.Co.Id, Ambon – Sebanyak 13.925 orang Calon Anggota Sidi Gereja Protestan Maluku akan diteguhkan hari ini, Minggu (13/4) di 34 Klasis yang tersebar di Maluku dan Maluku Utara.
Sesuai data Sekretariat Umum Sinode GPM, yang dirilis melalui website GPM, jumlah tertinggi masih dari Klasis Pulau Ambon, sebanyak 1.327 orang dan Klasis Pulau Ambon Timur, yaitu sebanyak 1.296 orang. Sedangkan Klasis Seram Timur terdapat 11 orang. Ini sesuai dengan jumlah warga gereja di Klasis yang hanya terdiri dari enam jemaat mandiri.
Di Maluku Utara, Klasis Ternate, yang terdiri dari empat jemaat, terdapat 32 calon sidi baru, sementara Klasis Bacan, Obi, dan Sula Taliabu masing-masing 196, 220 dan 106 orang. Semua calon anggota sidi baru ini berusia 17 tahun ke atas, sesuai ketentuan Pendidikan Formal Gereja (PFG) GPM.
”Pengakuan Iman merupakan tahapan puncak dalam seluruh proses Pendidikan Formal Gereja (PFG) di Gereja Protestan Maluku. Akta itu sendiri akan berlangsung dalam ibadah Peneguhan Sidi. Para calon sidi merupakan siswa PFG yang telah menempuh pendidikan tersebut sejak usia 0 tahun atau melewati dua lembaga PFG GPM yaitu Sekolah Minggu-Tunas Pekabaran Injil (SM-TPI) dan Katekhisasi”, jelas Ketua Sinode GPM, Pendeta Elifas Tomix Maspaitella, Jumat (11/4).
”Sedangkan peneguhan sidi sendiri merupakan suatu rangkaian pendewasaan iman, dimana mereka (calon sidi) akan menjadi warga gereja yang dewasa dalam iman, dan untuk itu telah siap untuk menjalankan tugas pelayanan dalam misi gereja GPM yang utuh,” katanya.
Menurut Maspaitella, waktu Katekhisasi memang hanya 1 tahun, tetapi sebagai proses berkelanjutan, anak-anak ini (calon sidi, red) telah dibina dengan seluruh perangkat kurikulum PFG selama 17 tahun, ditambah pembinaan yang berlangsung dalam keluarga. Jadi kita tidak bisa melihat sidi itu hanya sebatas pada katekhisasi, dan merasa bahwa satu tahun itu tidak cukup. Prosesnya panjang, yaitu 16 tahun di SM-TPI dan 1 tahun di Katekhisasi. Perpindahan anak dari satu Sub Jenjang dan Jenjang SM-TPI, mulai dari Kelas Indria sampai Remaja, adalah masa bina yang sangat penting dan telah dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para pengasuh GPM.
”Anak-anak itu, setelah selesai masa WASMI, melanjutkan ke katekhisasi, sebagai tahapan pembentukan berkelanjutan. Karena itu jika dikatakan mereka sudah matang dan dewasa maka itu harus dilihat dalam totalitas masa PFG itu ditambah dengan pembinaan dalam keluarga yang sudah tentu berlangsung setiap hari,” paparnya.
Dalam rilis itu, Maspaitela menekankan era digital dan pendidikan intergenerasional bagi Calon Sidi GPM yang baru. Calon Sidi Gereja yang baru adalah generasi Z. Suatu generasi yang telah merambah dunia digital dan menjadikan dunia itu sebagai dunia seseharinya. Artinya ada tantangan serius dalam proses pembinaan berkelanjutan sebagai warga sidi baru. Setelah peneguhan sidi mereka akan masuk dalam suatu lingkungan digitalisasi. Ini memberi pesan kepada gereja dan semua keluarga tentang penting pendidikan intergenerasional, terutama untuk menurunalihkan nilai-nilai kehidupan dan pengaruh positif kepada anak-anak ini. Gereja harus melakukan inovasi pembinaan umat kepada generasi Z. Sebab selain mereka, telah ada pula generasi Alpha dan generasi Beta yang sudah lahir tahun 2025 dan akan ada sampai tahun 2039 nanti.
”Saya berharap agar calon sidi baru nanti meresapi semua pengajaran iman yang telah mereka terima selama menempuh PFG, serta meneladani Yesus Kristus, sambil melihat pada pola-pola hidup-Nya serta sifat-sifat dasar yang ditunjukkan-Nya selama Ia ada di dunia. Di sisi lain, orang tua harus lebih peka dan harus menciptakan ruang komunikasi yang intensif dan hangat dengan anak, agar tidak ada waktu dan ruang kosong tanpa komunikasi langsung (in-touch), karena digitalisasi akan menciptakan ruang nir-touch, dan jika itu dibiarkan tanpa sentuhan orang tua, anak akan mengambil nilai dari sumber-sumber lain dan bisa saja belum selesai disaring,” tandasnya. (LN-01)