Lentera MBD.Com, Kisar Utara—-Musyawarah Pimpinan Paripurna ke-35 Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku yang digelar di Klasis Pulau-Pulau Kisar, Desa Lebelau, Kecamatan Kisar Selatan, Kabupaten Maluku Barat Daya (22/10), diawali dengan kebaktian dan puji-pujian bersama.
Pendeta Prof. Dr. Jhon Chr Ruhulessin yang didapuk memberitakan Firman Tuhan, mengulas tugas dan penggilan AMGPM dalam medan gumul pelayanannya. Menurutnya, sebagai potensi AMGPM harus memiliki kemampuan kepemimpinan. Namun, teknik kepemimpinan yang dimaksudkan bukan untuk memperoleh kekuasan. “Kepemimpinan itu bukanlah sebuah teknik atau sebuah gaya untuk memperoleh kekuasaan. Tetapi, kemimpinan itu adalah manivestasi dari Roh Allah. Artinya, kepemimpinan adalah karakter, moral dan etika. Jiwa pemimpin untuk menuntun seseorang mencapai kesuksesasan,” ulasnya mengutip motivasi seorang penginjil Bahama, Myles Munroe.
Mantan Ketua Majelis Pekerja Harian Sinode GPM dua periode (2005-2015) ini mengatakan, apa yang ada dalam kepemimpinan adalah motivasi. Baginya, kepemimpinan itu adalah penatalayanan atau menatalayani. “Karena itu tema refleksi saya adalah, karunia membenahi karunia roh membangun kehidupan bersama. Tema penatalayanan karunia rohani menegaskan dua makna penting. Yakni, gereja termasuk didalamnya AMGPM wajib memperkuat skill penatalayanannya. Sebab tanpa penatalayanan, kita tidak bisa melakukan apapun. Yang kedua, penatalayanan bebasis roh mempunyai dampak dan kontribusi bagi pembangunan dan kesatuan gereja, pertumbuhan AMGPM. Membangun gereja dan AMGPM tidak mungkin tanpa penatalayanan. Dan tidak mungkin membangun penatalayanan tanpa karunia roh,” tegasnya merefleksikan bacaan Firman Tuhan, 1 korintus 12 ayat 1-11
Penatalayanan berbasis roh Allah akan berdampak pada seluruh perkembangan organisasi. “Paulus menasihati jemaat di Korintus untuk membangun sikap penatalayanan yang efektif dan fungsional. Ini dilakukan Paulus karena dalam jemaat di Korintus terjadi ancaman perpecahan yang diakibatkan oleh selebritisme. Ada orang-orang tertentu yang mengidolakan rasul-rasul tertentu sebagai selebriti. Sehingga terjadi chauvinisme atau kesombongan spiritual. Karena itu jemaat membutuhkan karunia yang dipimpin oleh Roh Allah,” paparnya.
Oleh sebab itu, Gereja dan AMGPM harus menghidupkan karunia roh. Bukan karunia daging yang menghasilkan kutukan. “Karunia roh adalah hidup yang membawa faedah. Olehnya, AMGPM harus mampu menatalayani karunia Roh Allah. Karunia Roh Allah adalah Karunia Roh Kudus dan harus dimaksimalkan untuk kepentingan organisasi dan gereja atau umat,” ajak Ruhulessin.
AMGPM harus menjadi garam dan terang dunia. “Bagaimana AMGPM berperan mencegah kerusakan moral di dalam masyarakat. Di tengah-tengah pergumulan bangsa. Tuhan menganugerahkan karunia kemajemukan. Majemuk secara agama, majemuk secara suku, secara ekonomi, secara partai politik. Tetapi bagaimana karunia itu dikelola secara baik untuk kepentingan kemaslahatan bangsa. Jadikan karunia Roh Allah sebagai kekuatan untuk mempersatukan bangsa. Di tengah-tengah pergolakan demokrasi bangsa belakangan ini, mari kita jadikan perbedaan anak bangsa dalam kebersamaan dan menjaikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa. AMGPM terpanggil untuk merawat kemajemukan ini. Kita menjadi garam dan terang di tengah-tengah berbagai persoalan bangsa. Di dalam pergumulan bersama jemaat, AMGPM dari basis ranting sampai ke Pengrus Besar harus full talent kita, optimalkan potensi dan kemampuan kita, membangun keutuhan bangsa dan gereja,” ajaknya.
MPP ke-35 AMGPM dibawah tema berlangsung hingga 27 Oktober nanti dengan menghadirkan ratusan peserta dari 34 daerah di Maluku dan Maluku Utara. Selanjutnya, Sidang Majelis Pekerja Lengkap Sinode GPM yang ke-44 akan digelar 29-4 Nopember di Jemaat Wonreli, Kisar Selatan. (LMbd-Tim)